🏀 Apa Yang Terjadi Apabila Manusia Tidak Memiliki Damai Sejahtera

apakahyang terjadi jika tubuh manusia tidak memiliki rangka? SD apakah yang terjadi jika tubuh manusia tidak memil DR. Devina R. 28 Agustus 2021 03:54. Pertanyaan. apakah yang terjadi jika tubuh manusia tidak memiliki rangka? Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus! 29. 4. PerilakuKeberagamaan yang Menyimpang. 1. Latar Belakang. Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang disebut norma. Norma dalam kelompok sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolok ukur tingkah laku sosial. Jika tingkahlaku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan Danjuga Roma 2:14 (14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Ayat itu mengindikasikan bahwa adanya bangsa lain yang tidak dalam Taurat. Denganpengakuan semua milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apapun yang berada dalam genggaman-Nya, tidak lain kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan (QS at-Takatsur (102): 8. Manusia dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah Swt. menyangkut apa yang berada di sekitar manusia. Penunggangkuda merah adalah Adam alias manusia sebelum berdosa, penunggang kuda hijau kuning adalah Adam alias manusia setelah berdosa.Adam adalah orang alias manusia yang memiliki kasta atau jenis sama seperti Yohanes, itu sebabnya frasa "orang yang menungganginya" di dalam Wahyu 6:4 diterjemahkan dari frasa Yunani, "autos kathemai".Autos Tetapikarena kasih Tuhan lebih besar dari pada murka Tuhan kepada orang orang yang mengasihi Tuhan, juga karena kasih Tuhan kepada orang pilihannya dan karena Tuhan sendiri telah bersumpah demi dirinya sendiri, sehingga Tuhan memberi pengampunan, penebusan dosa kepada manusia. tetapi dalam hal ini manusia tidak pernah mau dan sanggup memahami Namun Pancasila yang sekarang merupakan proses perubahan dari Pidato Soekarno 1 Juni 1945 ke Piagam Jakarta 22 Juni 1945 yang menuai protes dari masyarakat wilayah Timur karena satu sila yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk – pemeluknya. Dan perubahan terakhir dengan diubahnya sila tersebut Apabilasampai dengan hari ini masih belum (atau tidak) mempunyai anak, hal itu bukan terjadi tanpa satu tujuan tertentu dan yang tidak penting. Karena itu, kita boleh merasa yakin sekarang bahwa realita `masih belum (tidak) mempunyai anak` yang (mungkin) sedang kita alami saat ini tidak terjadi dengan sia-sia, tetapi ada satu tujuan Allah yang Manusia Nilai, Moral dan Hukum – Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena SKFjRUm. Hendaklah ”Damai Sejahtera Allah” Menjaga Hati Saudara “[Semoga Yehuwa] menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”​—BILANGAN 626. 1. Tidak lama sebelum kematiannya, apa yang Paulus tulis kepada Timotius, yang menyingkapkan apa? PADA tahun 65 M., rasul Paulus dipenjarakan di Roma. Meskipun ia tidak lama kemudian dihukum mati dengan kejam oleh seorang eksekutor Roma, Paulus merasakan kedamaian batin. Hal ini nyata dari kata-kata yang ia tulis kepada sahabatnya yang lebih muda, Timotius, ketika ia berkata “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya.”​—2 Timotius 47, 8. 2. Apa yang telah menjaga hati Paulus sepanjang hidupnya yang luar biasa, terus sampai kematiannya? 2 Bagaimana Paulus dapat begitu tenang menghadapi kematian? Karena “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal” menjaga hatinya. Filipi 47 Damai sejahtera yang sama ini telah menjaga dia selama tahun-tahun yang penuh kegiatan sejak pertobatan awalnya kepada Kekristenan. Hal itu telah menopang dia ketika ia dikeroyok, dipenjarakan, didera, dan dirajam. Hal itu menguatkan dia pada waktu ia memerangi kemurtadan dan pengaruh Yudaisme. Hal itu telah membantu dia berjuang melawan kuasa-kuasa hantu yang tidak kelihatan. Jelas, hal itu telah menguatkan dia terus sampai ke akhir.—2 Korintus 104, 5; 1121-27; Efesus 611, 12. 3. Pertanyaan-pertanyaan apa diajukan mengenai damai dari Allah? 3 Paulus mengalami betapa kuatnya kuasa dari damai sejahtera ini! Apakah kita dewasa ini dapat belajar apa itu sebenarnya? Apakah hal itu akan membantu kita untuk menjaga hati kita dan meneguhkan kita seraya kita “bertanding dalam pertandingan iman” selama “masa yang sukar” dan genting ini?—1 Timotius 612; 2 Timotius 31. Damai dengan Allah—Bagaimana Hal Itu Telah Hilang 4. Apa saja arti dari kata “damai” dalam Alkitab? 4 Dalam Alkitab kata “damai” mengandung banyak arti. Berikut ini ada beberapa, seperti yang didaftarkan dalam The New International Dictionary of New Testament Theology “Dalam seluruh P[erjanjian] L[ama], [shalohmʹ] damai mencakup keadaan sejahtera dalam arti yang paling luas dari kata itu Hak. 1920; kemakmuran Mzm. 733, NW, bahkan sehubungan dengan orang-orang fasik; kesehatan jasmani Yes. 5718[, 19]; Mzm. 384; perasaan puas . . . Kej. 1515 dsb.; hubungan yang baik antar bangsa-bangsa dan manusia . . . Hak. 417; 1 Taw. 1217, 18; keselamatan . . . Yer. 2911; bandingkan Yer. 1413.” Yang paling penting adalah hubungan penuh damai dengan Yehuwa, yang tanpa itu kedamaian lain apa pun, paling banyak, hanya bersifat sementara dan terbatas.—2 Korintus 1311. 5. Bagaimana damai sejahtera ciptaan Allah pada masa awal diganggu? 5 Pada mulanya, seluruh ciptaan berada dalam hubungan damai dengan Yehuwa dalam arti yang lengkap. Dengan alasan yang baik, Allah menyatakan bahwa semua karya ciptaan-Nya sangat baik adanya. Sesungguhnya, malaikat-malaikat di surga bersorak-sorai menyaksikan hal ini. Kejadian 131; Ayub 384-7 Namun, sayang sekali, perdamaian yang bersifat universal ini tidak bertahan. Perdamaian itu dihancurkan ketika makhluk roh yang sekarang dikenal sebagai Setan, menggoda Hawa, makhluk terbaru di antara ciptaan Allah yang cerdas, agar tidak patuh kepada Allah. Adam, suami Hawa, ikut bersama dia, maka dengan hadirnya tiga pemberontak itu, ketidakserasian muncul di alam semesta.—Kejadian 31-6. 6. Apa akibat hilangnya damai dengan Allah bagi umat manusia? 6 Tidak adanya damai dengan Allah berarti bencana bagi Adam dan Hawa, yang sekarang secara bertahap mengalami kemunduran fisik yang berakhir dengan kematian mereka. Adam tidak lagi menikmati kedamaian di Firdaus, sebaliknya ia harus bersusah payah mengerjakan tanah yang belum diolah di luar Eden untuk memberi makan keluarganya yang bertambah besar. Sebaliknya daripada menjadi ibu yang bahagia dari umat manusia yang sempurna, Hawa melahirkan anak-anak yang tidak sempurna dalam kesakitan dan penderitaan. Tidak adanya damai dengan Allah menimbulkan iri hati dan kekerasan di antara umat manusia. Kain membunuh adiknya, Habel, dan menjelang Air Bah, seluruh bumi dipenuhi dengan kekerasan. Kejadian 37–416; 55; 611, 12 Ketika orang-tua kita yang pertama mati, mereka pasti tidak pergi ke liang kubur dengan perasaan puas, “dengan sejahtera,” sebagaimana halnya Abraham ratusan tahun kemudian.—Kejadian 1515. 7. a Nubuat apa yang Allah ucapkan yang menunjuk kepada dipulihkannya damai sejahtera yang lengkap? b Seberapa berpengaruh musuh Allah, Setan itu? 7 Setelah Adam dan Hawa kehilangan kedamaian, kita menemukan kata permusuhan muncul untuk pertama kali dalam Alkitab. Allah berbicara kepada Setan dan berkata “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kejadian 315 Seraya waktu berlalu, pengaruh Setan bertambah besar sampai pada taraf sehingga rasul Yohanes dapat mengatakan “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” 1 Yohanes 519 Suatu dunia di bawah Setan pastilah tidak berdamai dengan Allah. Maka, dengan tepat sang murid Yakobus mengingatkan umat Kristiani “Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?”—Yakobus 44. Berdamai dalam Dunia yang Bermusuhan 8, 9. Setelah Adam berdosa, bagaimana manusia dapat berdamai dengan Allah? 8 Di Eden dulu, ketika Allah mula-mula menyebutkan kata “permusuhan,” Ia juga menubuatkan bagaimana kedamaian yang lengkap akan dipulihkan kepada makhluk-makhluk ciptaan. Keturunan atau benih perempuan Allah yang dijanjikan akan meremukkan kepala dari perusak kedamaian yang pertama. Sejak zaman Eden dan seterusnya, mereka yang mengamalkan iman dalam janji tersebut menikmati hubungan damai dengan Allah. Bagi Abraham, ini berkembang menjadi persahabatan.—2 Tawarikh 207; Yakobus 223. 9 Pada zaman Musa, Yehuwa membentuk keturunan dari Israel, yaitu cicit Abraham, menjadi suatu bangsa. Ia menawarkan damai sejahtera-Nya kepada bangsa ini, sebagaimana terlihat dari berkat yang diucapkan oleh imam besar Harun atas mereka “[Semoga Yehuwa] memberkati engkau dan melindungi engkau; [semoga Yehuwa] menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; [semoga Yehuwa] menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Bilangan 624-26 Damai sejahtera dari Yehuwa akan menghasilkan imbalan yang limpah, tetapi itu ditawarkan dengan persyaratan. 10, 11. Bagi Israel, damai dengan Allah didasarkan atas syarat apa, dan apa yang akan dihasilkannya? 10 Yehuwa berkata kepada bangsa itu “Jikalau kamu hidup menurut ketetapanKu dan tetap berpegang pada perintahKu serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu. Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu.” Imamat 263, 4, 6, 12 Israel dapat menikmati kedamaian dalam arti mereka dilindungi dari musuh-musuh mereka, menikmati kelimpahan materi, dan mempunyai hubungan yang akrab dengan Yehuwa. Akan tetapi ini bergantung kepada kesetiaan mereka terhadap Taurat Yehuwa.—Mazmur 119165. 11 Sepanjang sejarah bangsa itu, orang-orang Israel yang dengan setia berupaya mematuhi hukum-hukum Yehuwa, memang menikmati damai dengan Dia, dan hal itu sering menghasilkan banyak berkat lain. Selama tahun-tahun permulaan pemerintahan Raja Salomo, damai dengan Allah menghasilkan kemakmuran materi dan juga masa bebas perang dengan bangsa-bangsa tetangga Israel. Ketika menggambarkan masa itu, Alkitab berkata “Orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo.” 1 Raja 425 Bahkan ketika permusuhan berkembang dengan negara-negara tetangga, orang-orang Israel yang setia tetap memiliki damai sejahtera yang benar-benar penting, perdamaian dengan Allah. Maka, Raja Daud, seorang pejuang yang terkenal, menulis “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya [Yehuwa], yang membiarkan aku diam dengan aman.”—Mazmur 48. Dasar yang Lebih Baik untuk Perdamaian 12. Bagaimana Israel akhirnya menolak perdamaian dengan Allah? 12 Pada akhirnya, Benih yang akan memulihkan keadaan damai yang selengkapnya tiba dalam pribadi Yesus, dan pada waktu kelahirannya para malaikat bernyanyi “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” Lukas 214 Yesus muncul di Israel, namun meskipun berada di bawah perjanjian Allah, bangsa itu secara umum menolak dia dan menyerahkan dia kepada orang-orang Roma untuk dibunuh. Tidak lama sebelum kematiannya, Yesus meratapi Yerusalem, dengan berkata “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.” Lukas 1942; Yohanes 111 Karena menolak Yesus, Israel sama sekali kehilangan damai dengan Allah. 13. Cara baru apa yang Yehuwa tetapkan bagi manusia untuk berdamai dengan Dia? 13 Meskipun demikian, maksud-tujuan Allah tidak digagalkan. Yesus dibangkitkan dari antara orang mati, dan ia mempersembahkan kepada Yehuwa nilai dari kehidupannya yang sempurna sebagai tebusan bagi manusia-manusia yang berhati benar. Ibrani 911-14 Korban Yesus menjadi jalan yang baru dan lebih baik bagi umat manusia—bagi Israel dan non-Israel jasmani—untuk memperoleh perdamaian dengan Allah. Paulus berkata dalam suratnya kepada umat Kristen di Roma “Ketika masih seteru, [kita] diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya.” Roma 510 Pada abad pertama, mereka yang berdamai dengan cara ini diurapi dengan roh suci untuk diangkat menjadi anak-anak Allah dan anggota-anggota suatu bangsa rohani yang baru yang disebut “Israel milik Allah.”—Galatia 616; Yohanes 112, 13; 2 Korintus 121, 22; 1 Petrus 29. 14, 15. Gambarkan damai dari Allah, dan jelaskan bagaimana hal ini melindungi umat Kristen sekalipun mereka menjadi sasaran kebencian Setan. 14 Orang-orang Israel rohani yang baru ini akan menjadi sasaran kebencian Setan dan dunianya. Yohanes 1714 Akan tetapi, mereka akan memiliki “damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita.” 2 Timotius 12 Yesus memberi tahu mereka “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”—Yohanes 1633. 15 Inilah damai sejahtera yang telah membantu Paulus dan rekan-rekan Kristianinya bertahan meskipun semua penderitaan yang mereka hadapi. Hal itu mencerminkan hubungan damai yang harmonis dengan Allah yang dimungkinkan oleh korban Yesus. Ini memberikan kepada pemiliknya kedamaian pikiran dan ketenangan karena ia menyadari perhatian Yehuwa kepadanya. Seorang anak yang berada dalam pelukan bapaknya yang penuh kasih mempunyai perasaan damai yang sama, kepastian sepenuhnya bahwa ia dijaga oleh seseorang yang menyayangi dia. Paulus menganjurkan jemaat di Filipi “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”—Filipi 46, 7. 16. Bagaimana perdamaian dengan Allah mempengaruhi hubungan umat Kristen abad pertama terhadap satu sama lain? 16 Salah satu akibat dari hilangnya perdamaian manusia dengan Allah adalah kebencian dan perselisihan. Bagi umat Kristen pada abad pertama, menemukan keadaan damai dengan Allah justru menghasilkan hal sebaliknya perdamaian dan persatuan di antara mereka sendiri, yang Paulus sebut “ikatan damai sejahtera [yang mempersatukan, NW].” Efesus 43 Mereka sehati sepikir dan hidup dalam damai sejahtera, dan Allah sumber kasih dan damai sejahtera menyertai mereka.’ Selain itu, mereka memberitakan “Kabar Baik tentang damai,” yang pada dasarnya adalah kabar baik tentang keselamatan bagi “orang yang layak menerima damai sejahtera,” mereka yang menyambut kabar baik.—2 Korintus 1311; Kisah 1036, BIS; Lukas 105, 6. Suatu Perjanjian Damai 17. Apa yang telah Allah adakan dengan umat-Nya pada zaman sekarang? 17 Apakah damai sejahtera demikian dapat ditemukan dewasa ini? Ya, dapat. Sejak didirikannya Kerajaan Allah di bawah Kristus Yesus yang dimuliakan pada tahun 1914, Yehuwa telah mengumpulkan sisa dari orang-orang Israel milik Allah ke luar dari dunia ini dan mengadakan perjanjian damai dengan mereka. Dengan demikian Ia memenuhi janji-Nya yang diucapkan melalui nabi Yehezkiel “Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudusKu di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.” Yehezkiel 3726 Yehuwa mengadakan perjanjian ini dengan umat Kristen terurap yang, seperti halnya saudara-saudara mereka pada abad pertama, mengamalkan iman kepada korban Yesus. Dimurnikan dari polusi rohani, mereka membaktikan diri mereka kepada Bapak surgawi mereka dan berupaya mengikuti perintah-perintah-Nya, yang terutama dengan memelopori pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Allah yang sudah berdiri ke seluas dunia.—Matius 2414. 18. Bagaimana sambutan orang-orang dari antara bangsa-bangsa ketika mereka menyadari bahwa nama Allah ada pada Israel milik Allah? 18 Nubuat itu selanjutnya berbunyi “Tempat kediamanKupun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, [Yehuwa], menguduskan Israel.” Yehezkiel 3727, 28 Selaras dengan ini, ratusan ribu, ya jutaan orang, dari “berbagai-bagai bangsa” mengakui bahwa nama Yehuwa ada pada Israel milik Allah. Zakharia 823 Dari segala bangsa, mereka datang untuk melayani Yehuwa bersama bangsa rohani itu, membentuk “kumpulan besar” yang dilihat sebelumnya di Wahyu. Karena “telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba,” mereka akan selamat melewati sengsara besar memasuki dunia baru yang penuh damai.—Wahyu 79, 14. 19. Kedamaian apa yang dinikmati umat Allah sekarang? 19 Bersama-sama, Israel milik Allah dan kumpulan besar menikmati kedamaian rohani yang dapat disamakan dengan kedamaian yang dinikmati Israel di bawah Raja Salomo. Mengenai mereka, Mikha menubuatkan “Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Tetapi mereka masing-masing akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya dengan tidak ada yang mengejutkan.” Mikha 43, 4; Yesaya 22-4 Selaras dengan ini, mereka telah meninggalkan peperangan dan pertikaian, secara simbolik menempa pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Dengan demikian, mereka menikmati persaudaraan yang penuh damai dalam masyarakat internasional mereka, tidak soal kebangsaan, bahasa, suku, atau latar belakang sosial mereka. Mereka merasa senang atas kepastian dari penjagaan dan perlindungan Yehuwa. Tidak ada yang mengejutkan mereka.’ Benar, Yehuwa sendiri memberikan kekuatan kepada umat-Nya, Yehuwa sendiri memberkati umat-Nya dengan sejahtera!’—Mazmur 2911. 20, 21. a Mengapa kita harus berupaya memelihara perdamaian kita dengan Allah? b Apa yang dapat kita katakan tentang upaya Setan untuk menghancurkan kedamaian dari umat Allah? 20 Akan tetapi, sebagaimana pada abad pertama M., damai sejahtera hamba-hamba Allah telah menimbulkan kebencian Setan. Setan dilemparkan dari surga setelah Kerajaan Allah berdiri pada tahun 1914, dan sejak itu ia berperang melawan “keturunan yang lain dari wanita itu.” Wahyu 1217, BIS Bahkan pada zaman dia, Paulus mengingatkan “Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan . . . roh-roh jahat di udara.” Efesus 612 Karena Setan sekarang harus tetap tinggal di sekitar bumi, peringatan itu sangat mendesak. 21 Setan telah menggunakan berbagai taktik dalam upayanya untuk menghancurkan kedamaian dari umat Allah, tetapi ia telah gagal. Pada tahun 1919 dahulu, tidak sampai orang yang berupaya melayani Allah dengan setia. Sekarang, lebih dari empat juta orang mengalahkan dunia melalui iman mereka. 1 Yohanes 54 Bagi orang-orang ini, perdamaian dengan Allah dan perdamaian dengan satu sama lain merupakan kenyataan, sebagaimana mereka bertekun menanggung kebencian Setan dan benihnya. Akan tetapi mengingat kebencian ini, dan mempertimbangkan ketidaksempurnaan kita sendiri dan “masa yang sukar” yang kita alami sekarang, kita harus dengan rajin berupaya memelihara damai sejahtera kita. 2 Timotius 31 Dalam artikel berikutnya, kita akan melihat apa yang tercakup dalam hal ini. Dapatkah Saudara Menjelaskan? ◻ Mengapa manusia pada mulanya kehilangan damai dengan Allah? ◻ Bagi Israel, atas apa perdamaian dengan Allah bergantung? ◻ Damai dengan Allah didasarkan atas apa dewasa ini? ◻ Apa gerangan “damai sejahtera Allah” yang menjaga hati kita? ◻ Berkat-berkat selanjutnya apa yang kita nikmati jika kita berdamai dengan Allah? Dari Kehidupan Howard W. Hunter Salah seorang teman sejawat Presiden Howard W. Hunter dalam Kuorum Dua Belas Rasul menggambarkan dia sebagai seorang yang “memiliki kesabaran luar biasa yang datang dari kedamaian batiniah yang besar.”1 Presiden Hunter sering berbicara tentang kedamaian batin, mengajarkan bahwa seseorang dapat menerimanya hanya dengan berpaling kepada Allah—dengan memercayai-Nya, menjalankan iman, dan berusaha melakukan kehendak-Nya. Kedamaian seperti itu menolong mendukung dia melalui banyak masa yang sulit. Pada akhir tahun 1975 seorang dokter merekomendasikan operasi otak untuk istri Presiden Hunter, Claire. Presiden Hunter bergumul mengenai apakah operasi tersebut merupakan yang terbaik bagi Claire, karena itu akan melemahkan tubuhnya yang rentan dan mungkin tidak akan memperbaiki kondisinya. Dia pergi ke bait suci, berunding dengan para anggota keluarga, dan segera merasakan bahwa operasi tersebut memberikan harapan terbaik untuk memberikan pertolongan bagi Claire. Menggambarkan perasaannya pada hari operasi, dia menulis “Saya bersamanya hingga ke pintu-pintu ruang operasi, memberikan kecupan kepadanya, dan dia dibawa melalui pintu-pintu itu. Sementara waktu berlalu, saya menunggu dan bertanya-tanya .… Tiba-tiba rasa cemas yang tegang berubah menjadi perasaan damai. Saya tahu bahwa keputusan yang benar telah dibuat dan bahwa doa-doa saya telah dijawab.”2 Pada tahun 1989, Presiden Hunter memiliki pengalaman lain di mana dia merasakan kedamaian di saat yang sulit. Dia berada di Yerusalem untuk mendedikasikan Pusat Yerusalem untuk Kajian Timur Dekat Universitas Brigham Young. Beberapa kelompok telah memprotes keberadaan Gereja di Yerusalem, dan sebagian orang telah mengancam dengan kekerasan. Salah seorang pembicara dalam pendedikasian tersebut adalah Penatua Boyd K. Packer dari Kuorum Dua Belas, yang belakangan menuturkan insiden ini “Sewaktu saya berbicara, ada sedikit keributan di belakang aula. Pria-pria berpakaian seragam militer telah memasuki ruangan. Mereka mengirimkan sebuah catatan kepada Presiden Hunter. Saya berpaling dan meminta petunjuk. Dia berkata, Ada ancaman bom. Apakah Anda takut?’ Saya berkata, “Tidak.’ Dia berkata, Saya juga tidak; silakan selesaikan ceramah Anda.’”3 Kebaktian pendedikasian diteruskan tanpa insiden; tidak ada bom. Dalam situasi-situasi seperti ini, Presiden Hunter percaya pada janji kedamaian ini dari Juruselamat, yang sering dia kutip “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” Yohanes 1427. GambarKristus bersama Petrus di air Kita harus “memfokuskan pandangan kita kepada Yesus” dan tidak pernah “memalingkan fokus pandangan kita dari Dia kepada siapa kita harus percaya.” Ajaran-Ajaran Howard W. Hunter 1 Yesus Kristus adalah sumber kedamaian sejati kita. Dalam meramalkan kelahiran Kristus lebih dari 700 tahun sebelum itu terjadi, Nabi Yesaya menggunakan sebutan-sebutan yang mengungkapkan kekaguman yang luar biasa .… Salah satu dari sebutan-sebutan ini yang khususnya menarik di dunia kita saat ini adalah “Raja Damai” Yesaya 96. “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan,” dinyatakan Yesaya ayat 7. Betapa ini merupakan harapan yang menggetarkan hati bagi dunia yang sudah bosan dengan perang dan terbebani dosa!4 Kedamaian yang dirindukan dunia adalah saat dihentikannya perseteruan; tetapi manusia tidak menyadari bahwa kedamaian adalah keadaan keberadaan yang datang kepada manusia hanya dengan ketentuan dan syarat yang ditetapkan oleh Allah, dan tidak dengan cara lain. Dalam mazmur di Kitab Yesaya terdapat kata-kata ini “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Yesaya263. Kedamaian sempurna yang disebutkan oleh Yesaya ini datang kepada seseorang hanya melalui suatu kepercayaan kepada Allah. Ini tidak dipahami oleh dunia yang tidak percaya. Pada kesempatan terakhir ketika Yesus mengadakan perjamuan malam bersama Dua Belas, Dia membasuh kaki mereka, memecah-memecahkan roti bagi mereka, dan mengedarkan cawan kepada mereka; kemudian, setelah Yudas pergi dari tengah-tengah mereka, Guru berbicara kepada mereka berkepanjangan. Di antaranya, Dia memberi tahu tentang kematian-Nya yang akan segera datang dan tentang pusaka warisan yang Dia tinggalkan bagi mereka masing-masing. Dia tidak mengumpulkan barang, harta benda, tidak pula kekayaan. Catatan tersebut memberi tahu kita bahwa tidak ada harta milik selain pakaian yang Dia kenakan, dan pada keesokan harinya setelah penyaliban ini pun akan dibagi-bagi oleh para serdadu, yang akan mengundi untuk jubah-Nya. Pusaka warisan-Nya diberikan kepada para murid-Nya dalam bentuk kata-kata yang sederhana namun dalam ini “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” Yohanes 1427. Dia menggunakan bentuk salam dan doa orang Yahudi “Damai Sejahtera-Ku Kuberikan Kepadamu” Ucapan salam dan pusaka warisan ini bukan untuk mereka ambil dalam arti biasa, karena Dia berfirman, “… apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” Bukan harapan kosong, bukan sekadar upacara basa-basi, sebagaimana orang dunia menggunakan kata-kata tersebut sebagai masalah budaya; tetapi sebagai pemrakarsa dan Raja Damai, Dia memberikannya kepada mereka. Dia melimpahkannya kepada mereka dan berfirman, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Dalam beberapa jam mereka akan mengalami masalah, tetapi dengan kedamaian-Nya mereka dapat mengatasi rasa takut dan tetap berdiri teguh. Pernyataan-Nya yang terakhir kepada mereka sebelum menutup doa pada malam yang mengesankan itu adalah ini “… dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yohanes 1633..5 2 Kita memupuk kedamaian sewaktu kita menjalankan asas-asas Injil. Hanya ada satu tangan yang membimbing di alam semesta, hanya satu terang yang benar-benar sempurna, satu mercusuar yang tidak pernah gagal bagi dunia. Terang itu adalah Yesus Kristus, terang dan hidup dunia, terang yang oleh seorang nabi Kitab Mormon gambarkan sebagai “terang yang tanpa akhir, yang tidak pernah dapat digelapkan.” Mosia 169. Sewaktu kita mencari pantai keselamatan dan kedamaian, baik kita wanita dan pria secara individu, keluarga, komunitas, ataupun bangsa, Kristus adalah satu-satunya mercusuar yang padanya kita dapat pada akhirnya bersandar. Dia adalah yang mengatakan tentang misi-Nya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Yohanes 146 .… Pertimbangkan, misalnya, petunjuk ini dari Kristus kepada para murid-Nya. Dia berfirman, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Matius 544. Pikirkan manfaat apa yang akan diberikan petuah ini saja terhadap lingkungan tempat tinggal Anda dan saya, di komunitas di mana Anda dan anak-anak Anda tinggal, di negara-negara yang membentuk keluarga global kita yang besar. Saya menyadari ajaran ini menimbulkan tantangan yang signifikan, tetapi pastinya ini merupakan tantangan yang lebih ramah daripada tugas-tugas menakutkan yang ditimbulkan bagi kita oleh peperangan dan kemiskinan serta rasa sakit yang terus dihadapi Ketika kita berusaha menolong mereka yang telah menyakiti kita, ketika kita berdoa bagi mereka yang telah dengan curang memanfaatkan kita, kehidupan kita dapat menjadi indah. Kita dapat memiliki kedamaian ketika kita mencapai kesatuan dengan Roh dan dengan satu sama lain sewaktu kita melayani Tuhan dan menaati Dunia tempat kita tinggal, apakah dekat rumah ataupun jauh, membutuhkan Injil Yesus Kristus. Injil menyediakan satu-satunya jalan bagi dunia mengenal kedamaian .… Kita membutuhkan dunia yang lebih damai, tumbuh dari keluarga dan lingkungan serta komunitas yang lebih damai. Untuk memperoleh dan memupuk kedamaian semacam itu, “kita haruslah mengasihi sesama, bahkan musuh-musuh kita seperti juga teman-teman kita” [Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Joseph Smith 2007, 457] .… Kita perlu mengulurkan tangan persahabatan. Kita perlu menjadi lebih baik hati, lebih lemah lembut, lebih mengampuni, dan lebih lambat untuk Cara utama Allah bertindak adalah melalui bujukan dan kesabaran serta kepanjangsabaran, bukan melalui pemaksaan dan konfrontasi langsung. Dia bertindak melalui ajakan yang lembut dan melalui bujukan yang Tidak ada janji kedamaian kepada mereka yang menolak Allah, kepada mereka yang tidak mau menaati perintah-perintah-Nya, atau kepada mereka yang melanggar hukum-hukum-Nya. Nabi Yesaya berbicara tentang kemerosotan dan korupsi para pemimpin dan kemudian melanjutkan dalam petuah-petuahnya dengan mengatakan “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku.” Yesaya 5720–21 .… … Pengabaian terhadap Juruselamat atau kegagalan menaati perintah-perintah Allah mendatangkan kegelisahan, gejolak batin, dan perselisihan. Ini adalah kebalikan dari kedamaian. Kedamaian dapat datang kepada individu hanya melalui penyerahan diri tanpa syarat—penyerahan diri kepada-Nya yang adalah Raja Damai, yang memiliki kuasa untuk menganugerahkan Kesulitan-kesulitan dunia yang sering diungkapkan dalam berita utama surat kabar yang mengejutkan hendaknya mengingatkan kita untuk mengupayakan kedamaian yang datang dari menjalankan asas-asas sederhana Injil Kristus. Kelompok minoritas yang menyusahkan tidak akan mengganggu ketenangan jiwa kita jika kita mengasihi sesama kita dan memiliki iman pada kurban pendamaian Juruselamat dan kepastian tenang yang Dia berikan tentang kehidupan abadi. Di mana kita menemukan iman seperti itu di dunia yang bergejolak? Tuhan berfirman, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.” Lukas 119–10.11 Tampaknya bahwa dua kebenaran kekal harus diterima oleh semua orang jika kita ingin menemukan kedamaian di dunia ini dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang. 1 Bahwa Yesus adalah Kristus, Putra kekal sejati dari Bapa Surgawi kita, yang datang ke bumi untuk tujuan yang jelas menebus umat manusia dari dosa serta kubur, dan bahwa Dia hidup untuk membawa kita kembali ke hadirat Bapa. 2 Bahwa Joseph Smith adalah Nabi-Nya, dibangkitkan di zaman akhir ini untuk memulihkan kebenaran yang telah hilang bagi umat manusia karena pelanggaran. Jika semua orang mau menerima dan menjalankan dua kebenaran dasar ini, kedamaian akan didatangkan ke Jika Anda, Anda sendiri, melawan … godaan-godaan dan memutuskan untuk berusaha setiap hari, untuk menjalankan Hukum Panen dengan pemikiran dan kebiasaan yang bermoral serta bersih, dengan melakukan segala urusan secara lurus dan jujur, dengan integritas dan kesungguhan dalam penelaahan Anda, dengan puasa, doa, dan ibadat, Anda akan menuai panen kebebasan dan kedamaian batin serta Kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan yang tak mementingkan diri juga akan dipenuhi dengan kedamaian yang melampaui pemahaman .… Kedamaian ini dapat datang hanya melalui menjalankan asas-asas Injil. Asas-asas ini merupakan program dari Sang Raja Begitu banyak di dunia kita yang dimaksudkan untuk menghancurkan … kedamaian pribadi melalui dosa dan godaan yang ribuan jenisnya. Kita berdoa agar kehidupan para Orang Suci akan dijalankan selaras dengan teladan ideal yang diberikan bagi kita oleh Yesus dari Nazaret. Kita berdoa agar upaya-upaya Setan akan dikalahkan, agar kehidupan pribadi dapat menjadi damai dan tenteram, agar keluarga-keluarga dapat menjadi dekat dan peduli dengan setiap anggota, agar lingkungan dan pasak, cabang serta distrik dapat membentuk tubuh Kritus yang agung, memenuhi setiap kebutuhan, meredakan setiap nyeri, menyembuhkan setiap luka sampai seluruh dunia, seperti yang dimohonkan oleh Nefi, akan “maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang .… “Saudara-saudara terkasihku,” Nefi melanjutkan, “inilah jalannya; dan tidak ada jalan lain.” 2 Nefi 3120–21.15 Gambarwanita mengurapi kaki Kristus “Kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan yang tak mementingkan diri juga akan dipenuhi dengan kedamaian yang melampaui pemahaman.” 3 Juruselamat dapat menolong kita menemukan kedamaian terlepas dari kekacauan di sekitar kita. Yesus tidak dikecualikan dari kesedihan dan rasa sakit serta kepedihan dan hajaran. Tidak ada lidah yang dapat mengutarakan beban tak terkatakan yang Dia tanggung, demikian juga kita tidak memiliki kebijaksanaan untuk memahami uraian Nabi Yesaya tentang Dia sebagai “seorang yang penuh kesengsaraan.” Yesaya 533. Kapal-Nya terombang-ambing dalam sebagian besar kehidupan-Nya, dan, setidaknya dari sudut pandang fana, itu karam secara parah ditepi pantai Kalvari yang berbatu. Kita diminta untuk tidak melihat kehidupan dengan sudut pandang fana; dengan sudut pandang rohani kita mengetahui sesuatu yang sangat berbeda telah terjadi di atas salib. Kedamaian berada pada bibir dan dalam hati Juruselamat terlepas betapa pun parahnya badai mengamuk. Semoga kita demikian adanya—dalam hati kita sendiri, di rumah kita sendiri, di negara-negara kita di dunia, dan bahkan dalam hajaran-hajaran yang dihadapi dari waktu ke waktu oleh Gereja. Kita hendaknya tidak berharap untuk melewati kehidupan secara individu atau secara kolektif tanpa sejumlah Seseorang mungkin hidup di lingkungan yang indah dan damai tetapi, karena pertengkaran dan perpecahan internal, berada dalam kondisi yang terus-menerus bergejolak. Sebaliknya, seseorang mungkin berada di tengah-tengah kehancuran total dan pertumpahan darah akibat perang namun memiliki ketenteraman dari kedamaian tak terucapkan. Jika kita mencari bantuan dari manusia dan cara-cara dunia, kita akan menemukan kekacauan dan kebingungan. Jika kita mau berpaling kepada Allah, kita akan menemukan kedamaian bagi jiwa yang resah. Ini diperjelas oleh firman Juruselamat “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan” Yohanes 1633; dan dalam pusaka warisan-Nya kepada Dua Belas dan kepada seluruh umat manusia, Dia berfirman, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu .…” Yohanes 1427. Kita dapat menemukan kedamaian ini sekarang di dunia yang penuh konflik hanya jika kita mau menerima karunia besar-Nya dan ajakan-Nya lebih lanjut “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Matius 1128–29. Kedamaian ini melindungi kita dari gejolak duniawi. Pengetahuan bahwa Allah hidup, bahwa kita adalah anak-anak-Nya, dan bahwa Dia mengasihi kita menyejukkan hati yang susah. Jawaban atas pencarian itu terletak pada iman kepada Allah dan kepada Putra-Nya, Yesus Kristus. Ini akan mendatangkan kedamaian kepada kita sekarang dan dalam kekekalan Di dunia ini dengan kekacauan dan kemajuan duniawi yang sibuk, kita perlu kembali pada kesederhanaan Kristus .… Kita perlu menelaah dasar-dasar kebenaran sederhana yang diajarkan oleh Guru dan menghilangkan apa yang kontroversial. Iman kita kepada Allah harus nyata dan tidak spekulatif. Injil Yesus Kristus yang dipulihkan bisa menjadi pengaruh yang dinamis, yang mendalam, dan penerimaan sejati memberi kita pengalaman yang bermakna dan religius. Salah satu kekuatan besar agama Mormon adalah diterapkannya kepercayaan ini ke dalam pemikiran dan tingkah laku sehari-hari. Ini menggantikan kekacauan dan kebingungan dengan kedamaian dan 4 Dengan memusatkan pandangan kita kepada Yesus, kita dapat menang atas unsur-unsur yang akan menghancurkan kedamaian. Izinkan saya mengingat kembali salah satu cerita besar tentang kemenangan Kristus atas apa yang tampaknya menguji kita dan mencobai kita serta mendatangkan rasa takut ke dalam hati kita. Sewaktu para murid Kristus berangkat dalam salah satu perjalanan yang sering mereka lakukan menyeberangi Danau Galilea, malamnya gelap dan cuacanya buruk serta berbadai. Ombaknya bergejolak dan anginnya bertiup kencang, dan orang-orang yang fana dan lemah ini ketakutan. Sayangnya tiada seorang pun bersama mereka untuk menenangkan dan menyelamatkan mereka, karena Yesus telah ditinggalkan sendirian di tepi danau. Sebagaimana biasanya, Dia mengawasi mereka. Dia mengasihi mereka dan peduli kepada mereka. Di saat kecemasan mereka yang terhebat mereka menengok dan melihat dalam kegelapan sosok dengan jubah yang melambai-lambai, sedang berjalan menuju mereka di bibir danau. Mereka berteriak dengan ketakutan saat melihat pemandangan tersebut, mengira bahwa itu adalah hantu yang berjalan di atas ombak. Dan menembus badai dan kegelapan bagi mereka—sebagaimana begitu sering bagi kita, ketika, di tengah-tengah kegelapan kehidupan, laut tampak sedemikian besarnya dan perahu kita sedemikian kecilnya—datanglah suara kedamaian yang luar biasa dan meyakinkan kembali dengan pernyataan sederhana ini, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut.” Petrus berseru, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Dan jawaban Kristus kepadanya adalah sama dengan kepada kita semua “Datanglah.” Petrus melompati sisi perahu dan ke dalam ombak yang bergejolak, dan sementara matanya tertuju kepada Tuhan, angin mungkin mengibaskan rambutnya dan percikan air mungkin membasahi jubahnya, tetapi semuanya baik-baik saja. Hanya ketika dengan iman yang goyah dia melepaskan pandangannya dari Guru untuk melihat gelombang yang bergejolak serta laut yang gelap di bawah dirinya, hanya ketika itu dia mulai tenggelam. Lagi, seperti sebagian besar dari kita, dia berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Dan Yesus pun tidak mengabaikannya. Dia mengulurkan tangan-Nya dan memegang murid yang tenggelam itu dengan hardikan lembut, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Kemudian aman di atas perahu kecil mereka, mereka melihat angin berhenti dan deburan ombak menjadi reda. Segera mereka berada di tempat berlindung mereka, pelabuhan yang aman, di mana semua orang berharap akan berada kelak. Awak perahu seperti juga para murid-Nya dipenuhi dengan ketakjuban yang dalam. Sebagian dari mereka memanggil Dia dengan sebutan yang saya nyatakan hari ini “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Diadaptasi dari Farrar, The Life of Christ, lihat Matius 1422–33. Adalah keyakinan teguh saya bahwa jika sebagai individu, sebagai keluarga, komunitas, dan bangsa, kita dapat, seperti Petrus, memfokuskan pandangan kita kepada Yesus, kita juga dapat berjalan dengan kemenangan di atas “gelombang ketidakpercayaan yang menggunung” dan tetap “tak gentar takut di tengah meningkatnya hembusan angin keraguan.” Tetapi jika kita memalingkan fokus pandangan kita dari Dia kepada siapa kita harus percaya, sebagaimana ini begitu mudah dilakukan dan dunia begitu sangat tergoda untuk melakukannya, jika kita memandang pada kuasa dan amukan dari unsur-unsur yang menakutkan dan menghancurkan di sekitar kita alih-alih kepada Dia yang dapat menolong dan menyelamatkan kita, maka tak terelakkan lagi kita akan tenggelam dalam lautan konflik serta dukacita dan keputusasaan. Pada saat-saat seperti itu ketika kita merasakan air bah mengancam untuk menenggelamkan kita dan kedalaman air akan menelan perahu iman kita yang terombang-ambing, saya berdoa semoga kita selalu mendengarkan di tengah-tengah badai dan kegelapan tuturan manis Juruselamat dunia “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Matius 1427.19 Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran Pertanyaan Presiden Hunter mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah sumber kedamaian sejati lihat bagian 1. Pengalaman-pengalaman apa yang telah menolong Anda mengetahui kebenaran ini? Bagaimana kita dapat menerima kedamaian yang Yesus tawarkan? Bagaimana mengasihi orang lain mendatangkan kedamaian bagi kita? Lihat bagian 2. Bagaimana menjalani Injil menolong kita memperoleh kedamaian? Mengapa “penyerahan diri tanpa syarat” kepada Juruselamat perlu bagi kita untuk memperoleh kedamaian? Ulaslah kembali ajaran-ajaran Presiden Hunter di bagian 3. Bagaimana Anda pernah mengalami penggenapan janji Juruselamat untuk “memberi kelegaan kepadamu” dari beban Anda sewaktu Anda datang kepada-Nya? Pikirkan kisah Presiden Hunter tentang Petrus yang berjalan di atas air lihat bagian 4. Apa yang dapat Anda pelajari dari kisah ini tentang bagaimana menemukan kedamaian pada saat-saat yang sulit? Bagaimana Juruselamat telah menolong Anda untuk “[menguatkan] imanmu” dan “jangan takut” di masa-masa sulit? Tulisan Suci Terkait Mazmur 4611; 858; Yesaya 3217; Markus 436–40; Roma 86; Galatia 522–23; Filipi 49; Mosia 43; A&P 1923; 5923; 88125 Bantuan Pengajaran Undanglah anggota kelas untuk memilih salah satu bagian dalam bab yang ingin mereka bahas dan untuk membentuk sebuah kelompok bersama yang lainnya yang memilih bagian yang sama. Imbaulah setiap kelompok untuk membahas pertanyaan terkait pada akhir bab. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. 'Tidak akan ada damai di antara negara, jika tidak ada damai di negara, tidak ada damai dalam negara jika tidak ada damai dalam orang-orangnya, tidak ada damai dalam orang-orang jika orang-orang tidak menyerahkan hidupnya ke tangan si Raja Damai'. Demikian ungkap Heyden Robinson, penulis buku Salt And Light. Benar sekali bahwa damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita miliki di dalam Kristus Yesus. Usaha terbaik manusia untuk menggapai damai sejahtera tidak akan pernah sampai pada yang sejati jika bukan di dalam sejahtera itu adalah hak dan sekaligus tanggungjawab setiap orang yang mengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Kolose 315." Damai sejahtera itu bermulanya di dalam hati, bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama kita. Orang yang berusaha perform damai sejahtera tanpa benar-benar dipenuhi damai itu, pasti sangat lelah. Damai sejahtera itu tidak pernah dimaksudkan untuk konsumsi pribadi pula, tujuannya adalah untuk kebutuhan hidup memang mesti menjadi seorang agen pendamaian peace maker bagi dunia ini, untuk itulah saya menerima anugerah pendamaian dari Kristus ini. Saya diperdamaikan untuk membantu orang lain mendapat damai sejati. Tugas utama saya sekarang adalah mengusahakan damai dalam diri saya benar-benar nyata dan sejati. Tidak ada tugas yang lebih mulia daripada tugas pendamaian ini, ini adalah sebuah privilege bagi saya. 1. DAMAI SEJAHTERA KITA DAPAT MELALUI DARAH KRISTUS, PENDAMAIAN MANUSIA BERDOSA DENGAN ALLAH YANG KUDUS Manusia yang hidup dalam dosa tak mungkin memiliki damai sejahtera, mereka itu sudah tertipu, mereka diperbudak Iblis, mereka terpisah dari Allah. Kita menjadi seteru bagi Allah, kita sedang memberontak padaNya. Bayangkan semua kekacauan itu, di mana letak damainya? Tidak ada, tidak mungkin. Maka Kristus datang dan membayar pemberontakan kita itu, Dia mendamaikan kita dengan Allah. Di situlah letak dari pintu kita menuju damai DAMAI SEJAHTERA HARUS DIMULAI DALAM DIRI SENDIRI, SELURUH DIRI KITA DIKENDALIKAN OLEH DAMAI ITUCara kerja damai itu adalah dengan memerintah hati dan pikiran kita, setelah kita menerima Kristus. Menerima Kristus itu tidak pernah berbentuk pasif, itu adalah sesuatu yang aktif, kita aktif memastikan damai sejahtera itu sekarang bertanggungjawab mengatur semua suasana dan keputusan hati saya tidak bekerja dari luar, tetapi dari dalam. Damai saya tidak bergantung pada apa yang sedang terjadi di sekitar saya tetapi apa yang terjadi di dalam hati saya. Saya selalu mesti ingat bahwa darah Kristus telah memperdamaikan saya dengan Allah. Damai sejahtera yang dulu hilang, sejak dosa masuk ke dalam dunia, telah dikembalikan oleh darah itu. Jadi mengapa hidup saya bisa kehilangan damai sejahtera? Jelas penyebabnya adalah bila saya kehilangan pandangan saya akan pengorbanan Kristus, Tuhanku. 3. DAMAI SEJAHTERA BUKAN UNTUK KONSUMSI/KALANGAN SENDIRI, TETAPI MODAL UNTUK HIDUP BERSAMAMeski damai itu harus bermula di internal manusia, tetapi damai itu tidak pernah dimaksudkan untuk kalangan sendiri saja. Kehendak Tuhan Yesus adalah agar kita menjadi peace maker, bukan hanya peace owneratau peace keeper. Kita menegakkan damai Tuhan dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam pergaulan dan dalam segala aspek hidup punya tanggungajawab besar atas hak yang sebesar damai sejahtera Kristus ini. Saya mesti membagikannya dan aktif memakainya dalam setiap apapun yang saya lakukan. Tetapi itu hanya akan otentik jika ternyata memang saya dipenuhi, damai itu meluber dari diri saya kepada sekitar saya. Seperti petugas teller atau security yang ramah dan hormat kepada customer, apakah itu karena mereka orang yang sabar dan rendah hati serta lemah lembut atau hanya tuntutan profesionalisme? Pastinya kalau itu tidak memenuhi dan meluber dari dalam hatinya, maka ia akan sangat kecapekan dan bosan dengan semuanya. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya

apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki damai sejahtera